6 KLUB SEPAK BOLA DI INDONESIA ERA GALATAMA YANG MASIH EKSIS HINGGA SEKARANG

Baca juga


6 KLUB SEPAK BOLA DI INDONESIA ERA GALATAMA YANG MASIH EKSIS HINGGA SEKARANG

   
   Sepak bola di Indonesia bukanlah suatu hal yang baru, pasalnya sejak tahun 1910-an sepak bola di Tanah Air memang sudah eksis. Hanya saja prestasinya mengalami pasang surut lantaran diterpa berbagai permasalahan, mulai dari kepengurusan PSSI hingga kondisi sebuah tim atau klub yang kurang sehat.
       Sejak tahun 2008, Indonesia Super League (ISL) menjadi kompetisi antar klub profesional paling elite di Tanah Air. Kompetisi ini sejatinya pengembangan format Liga Indonesia yang dilahirkan PSSI pada tahun 1994. Hanya saja pada musim 2017 kemarin, namanya ISl dirubah kembali menajdi Liga 1 Indonesia.
Jika kita melihat kilas baliknya, pada 1931 kompetisi sepak bola Indonesia mulai digemakan. Usai Era Perserikatan, muncul Liga Galatama pada 1979. Pada kala itu, Galatama menjadi pioner terciptanya liga profesional yang tak menggunakan APBF sebagai penghidupan klub. Namun, selang 15 tahun berikutnya muncul sebuah ide menarik yakni menggabungkan kompetisi Galatama dan Perserikatan dan berubah nama menjadi Liga Indonesia yang digelar sampai 2008.
          Hanya saja saat ini hingga bergulirnya Liga 1 musim 2017, klub-klub era Galatama hanya tinggal sedikit. Akan tetapi yang menarik adalah mereka tetap eksis di industry sepak bola Tanah Air.
Lantas klub mana sajakah era Galatama yang masih menunjukkan eksistensinya di Liga Indoensia hingga saat ini?, berikut ulasannya,

1. Semen Padang FC


        Klub Semen Padang sudah lahir pada 30 November 1980 yang ditopang oleh BUMN, PT Semen Padang. Pencapaian tertinggi klub berjulukan Tim Kabau Sirah adalah menjadi juara Galatama 1 (kasta kedua) pada 1982.
      Di era Liga Indonesia, Semen Padang mengalami pasang-surut prestasi. Pada musim 2008-2009 (musim pertama penggunaan nama ISL), klub dengan kostum kebanggaan warna Merah tersebut merasakan pahitnya degradasi ke Divisi Utama. Namun, dengan kegigihan dan konsistensi pembinaan, Pasukan Urang Awak kembali ke kompetisi kasta utama pada musim 2009-2010.
          Pada musim 2012 Semen Padang jadi kampiun IPL. Pencapaian ini jadi tertinggi bagi Tim Kabau Sirah sepanjang sejarah.
Pasca rekonsiliasi PSSI di tahun 2013, Semen Padang kembali berkiprah di ISL, yang kembali diakui sebagai kompetisi resmi PSSI. Pada musim 2014 Semen padang masuk delapan besar, hanya saja tak lolos ke semifinal.
     Pada Liga 1 musim 2017 kemarin, Kabau Sirah tampil buruk dan terpakasa kembali harus merasakan lengser ke kompetisi kasta kedua atau Liga 2 Indoneisa mulai musim 2018.

2. Bali United


       Banyak yang menganggap bahwa Bali United klub yang instan di Liga Idonesia. Pasalnya, baru dua tahun mereka eksis di jagad sepak bola Tanah Air. akan tetapi jika melihat sejarah panjangnya, Bali United juga merupakan klub lama yang sudah terbentuk di era Galatama.
       Awalnya, sebelum bernama Bali United mereka adalah Putra Samarinda yang didirikan oleh pengusaha asal Samarinda, Kalimantan Timur, Harbiansyah Hanafiah, pada 1989 dengan nama Putra Samarinda, klub ini tertatih-tatih di awal penyelenggaraan kompetisi penggabungan Liga Indonesia.
          Pada musim 2001 Pusam yang kering pendanaan terlempar dari persaingan kasta utama. Klub ini mati suri sebelum akhirnya melakukan merger dengan tim Perserikatan sekota, Persisam Samarinda pada 2002-2003. Prestasi tim berjulukan Pesut Mahakam perlahan melejit. Masuk babak 8 besar Divisi Dua pada musim 2005, mereka otomatis ke Divisi Satu.
         Dua musim di kompetisi kasta ketiga, Persisam naik ke Divisi Utama musim 2008-2009. Di musim perdananya klub ini langsung menggebrak dengan jadi juara. Kesempatan berlaga di ISL didapat pada musim 2009-2010. Saat berlaga di kompetisi elite, klub sempat oleng imbas kasus korupsi APBD sejumlah pengurusnya.
       Harbiansyah Hanafiah kembali turun gunung aktif menjalankan roda operasional klub. Ia menambah embel-embel nama klub menjadi Persisam Putra Samarinda.
Hanya karena kering sponsor Harbiansyah, yang jadi salah satu komisaris PT LIga Indonesia (operator ISL), pada awal 2015 terpaksa melego klub ke pengusaha muda, Yabes Tanuri.
         Yabes mengubah nama klub menjadi Bali United Pusam, sekaligus memindahkan home base klub ke Gianyar, Bali. Hal itu dilakukan karena suporter Putra Samarinda lari ke klub baru Pusamania Borneo FC.
           Hingga kini Bali United me jadi salah satu klub yang sukses di Liga Indonesia dan telah berhasil menjadi wakil Indonesia ditingkat Asia.

3. Barito Putera


     Barito Putera dibentuk pada tahun 1988, atas tekad besar H. Sulaiman HB yang pada saat itu sedang berjuang melawan maut karena suatu penyakit yang menyebabkan beliau harus melakukan operasi besar di RS. Pondok Indah Jakarta. Barito Putera dibentuk di Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk memenuhi harapan harapan pemain sepak bola Kalimantan Selatan dan dilahirkan pada 21 April 1988.
      Sepanjang kiprahnya di Liga Indonesia, Barito lebih sering menghuni papan bawah.
Pencapaian tertinggi pada musim 1992 dengan berada di posisi dua besar. Selain itu, Barito sempat dua kali lolos semifinal Liga Indonesia pada musim 2001 dan 2002. Ironisnya hanya berselang setahun kemudian, tim yang satu ini terdegradasi ke Divisi Satu.
       Setelah lama terperosok, akhirnya Barito Putera pada 2013 kembali kekasta atas. Di musim perdananya di ISL 2013, Barito yang sumber pendanaannya ditopang Grup Hasnur, menggebrak dengan menduduki posisi enam besar.
       Hingga kini Baritopun kian eksis di Liga Indonesia dengan mendapatkan asuhan dari pelatih Jacksen F Thiago.

4. Persegres Gresik United


      Lahir 20 Mei 1988, Petrokimia Putra menghebohkan publik sepak bola nasional dengan lolos ke final kompetisi kasta tertinggi. Sebelumnya Persegres merupakan klub Perserikatan dibawah naungan PT Petro Kimia Gersik. Sebelum akhirnya ada kongkalikong untuk menyatukan Perserikatan dan Galatama. Dan saat itulah, Gresik punya dua klub yang bermain dalam satu turnamen yang sama. Karena sebelumnya, Petrokimia Putra yang didirikan tahun 1988 bermain di Galatama.
        Sayangnya, PT Petrokimia Gresik pada 2005 mengumumkan menarik diri dari kepemilikan klub. Petrokimia Putra dalam kondisi porak-poranda setelah klub degradasi ke kasta kedua.
Kelompok suporter Ultras bergerak untuk menyelamatkan eksistensi klub. Demonstrasi besar-besaran digelar di Kantor DPR Gresik dan juga ke Kantor Utama Graha Petrokimia.
     Komitmen antara Pemkab Gresik dan juga PT Petrokimia yang di jembatani DPRD Gresik tercapai. Klub tak jadi bubar, namun melakukan merger dengan tim Perserikatan sekota, Persegres Gresik. Eksistensi klub sempat terganggu pada masa dualisme kompetisi di PSSI tahun 2012. Gresik United terbelah dua.
Persegres tampil di ISL (kompetisi yang ilegal kala itu) dengan status klub promosi. Sementara itu, Gresik United bermain di kompetisi Divisi utama turunan kompetisi Indonesia Primer League.
        Setelah kisruh dualisme kompetisi berakhir, Gresik United membubarkan diri. Persegres jadi satu-satunya klub representasi asal Gresik. Sayangnya, pada Liga 1 musim kemarin kiprah mereka tak bertahan di Liga 1 karena terdegradasi ke Liga 2 musim 2018.

5. Mitra Kukar


     Cikal bakal Mitra Kukar adalah klub Niac Mitra asal Surabaya yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Mitra Surabaya.
     Ketika Mitra Surabaya terdegradasi ke Divisi Satu Liga Indonesia pada tahun 1999, klub ini dibeli pemilik Barito Putra dari Banjarmasin yakni H. Sulaiman HB dan pindah markas ke ibu kota Kalimantan Tengah, Palangkaraya.
Sejak itu Mitra Surabaya berganti nama menjadi Mitra Kalteng Putra (MKP).
Pada tahun 2001, Mitra Kalteng Putra degradasi ke Divisi Dua Liga Indonesia.
Kesulitan keuangan yang dialami Mitra Kalteng Putra dalam menjalani roda kompetisi akhirnya membuat klub ini kembali pindah markas ke Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2003 dengan status dipinjamkan.
     Mitra Kalteng Putra kemudian berganti nama lagi menjadi Mitra Kukar saat menjalani kompetisi Divisi Dua Liga Indonesia musim 2003 hingga sukses menapak ke kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia pada musim 2004.
      Status Mitra Kukar secara resmi menjadi milik Kutai Kartanegara setelah klub ini dibeli dari H. Sulaiman HB dengan harga Rp. 1,5 milyar pada tahun 2005.
Di ISL 2013 klub berjulukan Naga Mekes itu menembus tiga besar. Modal pemain-pemain top membuat Mitra Kukar selalu berada di jajaran papan atas ISL.
Hingga kini Mitra Kukar masih tetap eksis di kasta teratas Liga Indonesia.
6. Madura United


        Klub sepak bola Madura United ini didirikan sejak tanggal 10 Januari 2016 lalu, tentu saja klub yang satu ini termasuk klub yang sangat baru sekali. Namun karena pengelolaan serta manajemen yang bagus, kini nama klub tersebut semakin melambung dalam kancah Nasional. Memang tidak ada yang tidak mungkin jika pengelolanya saja professional dan juga serius di bidangnya.
     Madura United memiliki nama maskot yakni Madruji yang artinya Madura rukun dan Terpuji. Pada dunia pesepakbolaan yang ada di Indonesia, klub yang satu ini memang memiliki sejarah yang panjang di dunia. Akan tetapi tentunya dengan hadirnya klub tersebut mampu menyatukan masyarakat Madura.
       Klub ini sebelumnya terbentuk dengan nama Pelufa jaya lada 1970. Lalu merger dengan Bandung Raya pada tahun 2014 menjadi nama Persipasi Bandung Raya yang waktu itu berlaga di Liga Super Indonesia. Pemilik Persipasi Bandung Raya, Ari D. Sutedi akhirnya menjual klubnya ke Achsanul Qosasi, dan kemudian bertransformasi menjadi Madura United FC. Kini, Madura United menjelma menjadi salah satu klub terkuat di liga utama Indonesia.


Sekian dulu untuk artikel 6 KLUB SEPAK BOLA DI INDONESIA ERA GALATAMA YANG MASIH EKSIS HINGGA SEKARANG kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk kalian semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel 6 KLUB SEPAK BOLA DI INDONESIA ERA GALATAMA YANG MASIH EKSIS HINGGA SEKARANG dengan alamat link https://inovstudy.blogspot.com/2018/02/6-klub-sepak-bola-di-indonesia-era.html


EmoticonEmoticon