Resensi Buku Robohnya Surau Kami
Judul buku : Robohnya Surau Kami
Pengarang : A. A. Navis
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kota terbit : 1989
Tahun terbit : Jakarta
Jumlah halaman : 148
Pada zaman dahulu, masjid yang digunakan untuk beribadah dinamakan surau. Orang-orang pada zaman dulu juga sangat rajin beribadah. Mereka beribadah semata-mata untuk mendapatkan ridha dari Allah. Tapi ada juga yang beribadah hingga lupa dengan kewajibannya yang lain, seperti membantu orang yang lemah. Mereka selalu berlomba-lomba untuk beribadah dan sangat bekerja keras. Tapi hasil yang didapatkan hanya digunakan untuk mencukupi kebutuhan mereka sendiri, tidak digunakan untuk membantu oranglain yang lebih membutuhkan.
Bermula dari tokoh “aku” yang tidak disebutkan namanya. Sesekali ia mengunjungi seorang kakek penjaga surau. Kakek ini disebut girin. Kakek adalah orang yang sangat rajin beribadah dan taat beragama. Ia tinggal di sebuah surau yang sudah rusak dengan izin dari masyarakat setempat. Ia hidup dengan pemberian dari masyarakat setempat. Pada suatu hari, tokoh “aku” heran saat melihat kakek yang duduk termenung sendirian. Ia bertanya kepada kakek apa yang membuat hati kakek gundah. Akhirnya setelah bujuk rayu yang ia lakukan, kakek mau menceritakan apa yang tejadi.
Dari cerita kakek, ia tahu bahwa yang menyebabkan hati kakek gundah adalah cerita dari Ajo Sidi. Ajo Sidi bercerita bahwa ada seseorang yang bernama Haji Saleh. Ia adalah orang yang sangat rajin beribadah. Setiap waktu yang ia miliki hanya digunakan untuk beribadah. Haji itu memang sangat rajin beribadah, tapi ia tidak mendapat syafaat dari Allah. Penyebabnya adalah haji itu hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Ia bekerja dengan giat, tapi hasilnya ia jual kepada pedagang asing. Padahal masyarakat yang disekitarnya masih banyak yang kekurangan.
Allah memang memerintahkan hamba-Nya untuk selalu menyembah kepada-Nya. Tapi tentunya kita harus memiliki rasa saling peduli dengan sesamanya. Kita harus selalu membantu orang yang membutuhkan dan tidak boleh mendzalimi orang lain. Begitulah cerita dari Ajo Sidi.
Kakek merasa bahwa cerita itu ditujukan untuknya. Kakek sangat terpukul. Ia tidak bisa berpikir secara jernih. Keesokan harinya, kakek ditemukan tidak bernyawa di dekat suraunya oleh masyarakat setempat. Mereka tidak mengira bahwa orang yang taat beribadah seperti kakek akan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sungguh malang nasib kakek tersebut.
Novel ini layak dibaca oleh semua orang karena novel ini memiliki alur cerita yang menarik dan banyak amanat yang dapat diperoleh dari novel ini. Salah satunya adalah mengajarkan kepada kita bahwa kita harus selalu taat beribadah kepada Allah serta selalu menolong sesamanya yang membutuhkan. Bahasa yang digunakan dalam novel ini sedikit sulit untuk dipahami karena sebagian masih menggunakan bahasa lama. Sampul novel ini juga kurang menarik karena kurang membantu para pembaca berimajinasi mengenai cerita tersebut.
Sekian dulu untuk artikel Resensi Buku Robohnya Surau Kami kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk kalian semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Resensi Buku Robohnya Surau Kami dengan alamat link https://inovstudy.blogspot.com/2018/01/resensi-buku-robohnya-surau-kami.html
EmoticonEmoticon